Siapa Pemilik Sritex, Hingga Prabowo Turun Tangan! Perintahkan 4 Menteri

Minggu, 27 Oktober 2024 22:19 WIB
Reporter : Redaksi
Pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk Sritex

Jakarta, Abdirakyat.com – Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah tegas untuk menyelamatkan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Setelah Raksasa tekstil Asia Tenggara PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex divonis pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang (Sritex pailit). Perusahaan ini tengah masalah keuangan yang sangat pelik.

Presiden telah menginstruksikan empat menteri untuk turun tangan langsung demi menyelamatkan perusahaan tekstil besar tersebut. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menjadi garda terdepan dalam misi ini.

Agus juga menegaskan bahwa pihaknya akan berkoordinasi erat dengan tiga kementerian lain yang telah diperintahkan oleh Presiden Prabowo untuk menyelamatkan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Keempat kementerian tersebut saat ini tengah merumuskan berbagai opsi dan skema penyelamatan guna mempertahankan keberlangsungan perusahaan tekstil yang terancam bangkrut ini.

Opsi dan skema penyelamatan akan segera disampaikan setelah seluruh kementerian merampungkan pembahasan.

Sritex, yang telah berdiri hampir 60 tahun, berada di ujung tanduk setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang.

Vonis tersebut dijatuhkan karena Sritex dianggap lalai memenuhi kewajibannya dalam perjanjian damai (homologasi) yang diteken pada 2022 bersama PT Indo Bharat Raya.

Hingga 30 Juni 2024, total utang berbunga Sritex mencapai Rp14,5 triliun.***

Lalu siapa pemilik Sritex?

Sejarah Sritex memang tak bisa dilepaskan dari Haji Muhammad Lukminto atau Ie Djie Shien sebagai pendirinya. Namun saat ini, tampuk kepemimpinan perusahaan dipegang oleh generasi kedua, yakni kakak beradik Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto.

Sritex sebagai perusahaan perdagangan tradisional pada 1966 di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Dari situ bisnis Sritex terus berkembang. Hingga kemudian Sritex secara resmi terdaftar sahamnya di BEI pada 2013 dengan kode SRIL.

Mengutip Laporan Tahunan (Annual Report) Sritex 2023, pemegang saham mayoritas atau pengendali adalah PT Huddleston Indonesia sebesar 59,03 persen. yang merupakan induk perusahaan Sritex. PT Huddleston Indonesia merupakan perusahaan milik keluarga Lukminto, pendiri Sritex.

Kemudian, 39,89 persen saham dimiliki oleh masyarakat, sebesar 0,53 persen dimiliki Iwan Setiawan selaku komisaris utama, serta 0,52 persen dimiliki oleh Iwan Kurniawan Lukminto yang menjabat sebagai direktur utama Sritex.

Perusahaan ini awalnya bermula dari usaha kios sederhana bernama UD Sri Rejeki di Pasar Klewer, Kota Solo yang dikelola Haji Muhammad Lukminto pada 1966.

Usahanya Muhammad Lukminto terus berkembang hingga bisa mendirikan pabrik kain putih dan berwarna pada 1968. Pabrik kedua yakni pabrik tenun dibangun pada 1982.

Perusahaan semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Fasilitas produksinya terus bertambah.  

Sritex sudah menjadi perusahaan tekstil terintegrasi dari pemintalan, penenunan, hingga diproses menjadi pakaian jadi Sejak tahun 1992. Saking besarnya skala bisnisnya, Sritex menjadi perusahaan yang banyak menopang ekonomi Kabupaten Sukoharjo.

Sritex yang memperkerjakan 14.112 karyawan di pabrik tekstil sementara secara grup, perusahaan yang dimiliki Keluarga Lukminto ini memiliki karyawan sekitar 50 ribu orang, Puluhan ribu masyarakat kabupaten ini bergantung pada keberadaan Sritex. Pabriknya yang berada di Jalan Samanhudi Kabupaten Sukoharjo bahkan terbilang sangat luas.

Produksi pabriknya mencakup hulu dan hilir industri tekstil antara lain rayon, katun, dan poliester, kain mentah, bahan jadi, hingga pakaian jadi.

Setelah berjalan puluhan tahun dengan lancar, akhirnya pada 2023 lalu perusahaan mulai mengalami kesulitan keuangan hingga utang menumpuk.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2023, total liabilitas perusahaan tercatat US$1,54 miliar atau Rp23,87 triliun (kurs Rp15.500 per dolar AS). Utang Sritex tersebut terbagi atas jangka pendek sebesar US$106,41 juta dan jangka panjang US$1,44 miliar. Utang didominasi oleh utang bank dan obligasi.

Total aset perusahaan tercatat hanya US$653,51 juta atau sekitar Rp10,12 triliun. Utang Sritex lebih besar dari aset.

Berita Terkait

bannera
iklan-besar-fix

Berita Terpopuler

Berita Teknologi

Berita Politik

bannera

Berita Ekonomi