Ikan Pindang Datangkan Cuan Belasan Juta

Selasa, 23 Februari 2021 06:13 WIB
Reporter : Redaksi
Foto: Agung Pambudhy/detikcom

Kabupaten Bandung – Ikan pindang merupakan makanan yang familiar di lidah dan cukup digemari masyarakat Indonesia. Oleh sebab itulah bisnis ini cukup menjanjikan karena punya pasar yang banyak. Yais Rohman, pemilik Fatih Fish UMKM Pindang dari Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, menjadi salah satu pengusahanya.

Yais biasa mengolah 7 kwintal ikan cakalang atau tongkol, bandeng, dan layang yang dibelinya dari Pasar Caringin Bandung untuk menjadi ikan pindang. Stok tersebut bisa terjual paling cepat 5 hari dan paling lama selama seminggu.

“(Belanja ikannya) seminggu sekali itu. Kalau abis, beli gitu we kan. Kan dagangnya nggak tetep, kadang naik kadang turun gitu. Paling cepat 5 hari, kalau paling lama seminggu. Tapi Alhamdulillah selalu laku,” ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Pengolahan ikan pindang milik Yais masih terbilang tradisional dan biasanya dilakukan di belakang rumahnya. Ia dan suaminya menggunakan bambu sebagai bahan bakar untuk merebus ikan-ikan tersebut dan menggunakan pengawet alami berupa garam kasar.

Yais menjelaskan waktu pengolahan biasanya cukup dilakukan selama satu hari dari pagi sampai sore. Sisanya ia dan suami yang mengelola usaha ini tinggal menjual ikan pindang yang sudah jadi. Tak hanya dirinya, ia juga mengklaim banyak warga Desa Cukanggenteng yang punya usaha di bisnis ikan pindang ini. Bahkan ia menyebut Desa Cukanggenteng merupakan sentra ikan pindang.

“Sentra pindang disebutnya, cuma nggak tahu kenapa, itu udah dari dulunya disebut kaya gitu. Mungkin usaha masyarakatnya banyak yang jualan pindang gitu dari dulunya. Terus (emang pasarnya banyak) gitu di Bandung mah ikan pindang, (biasanya) dimasak-masak (dibikin) balado gitu (ikannya),” ujarnya.

Pengolahan ikan pindang di Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung.
Pengolahan ikan pindang di Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. Foto: Agung Pambudhy/detikcom

Menurut Yais, karena pengolahan yang cukup dilakukan satu hari tersebut, biasanya warga Desa Cukanggenteng juga punya usaha atau profesi lain selain bisnis ikan pindang, baik sebagai petani yang menjadi profesi mayoritas maupun usaha atau profesi lainnya.

Adapun sebelum dijual, ikan yang akan dipindang harus dibersihkan dulu. Setelah dicuci, ikan ditata sesuai jenisnya masing-masing dalam sebuah wadah seperti nampan serta ditambah garam. Barulah ikan itu direbus selama 6-8 jam.

Saat direbus, wadah ikan juga ditutup dengan garam kasar yang padat. Ini berfungsi sebagai pengawet alami. Yais punya hingga 20 tungku di belakang rumahnya untuk memindang ikan-ikan tersebut.

Menurut Yais, waktu rebus dan pemberian garam yang kurang maksimal akan berdampak kepada ikan pindang yang tak tahan lama. Lalu barulah setelah direbus, ikan itu biasanya ditaruh di atas daun pisang atau kertas nasi dan selanjutnya siap dipasarkan.

Pengolahan ikan pindang di Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung.
Pengolahan ikan pindang di Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. Foto: Agung Pambudhy/detikcom

“Cakalangnya dicuci dulu, sudah dicuci ditata di wadahnya. Sudah gitu pakai garam kasar gitu. Sudah gitu direbus selama 6-8 jam. Kan di atasnya dikasih garam gitu buat pengawetnya, bisa awet sampai seminggu,” ujarnya.

Yais yang juga nasabah Bank BRI tersebut menjelaskan ikan pindang hasil olahannya tersebut biasanya dijual di Pasar Ciwidey dan Soreang. Lalu ada juga yang dijual melalui pedagang keliling dari rumah ke rumah.

Lebih lanjut ia mengatakan harga ikan pindang dari cakalang dijual Rp 60 ribu per kg. Sementara untuk ikan bandeng dan layang biasanya dijual satuan seharga Rp 5.000 atau Rp 6.000 tergantung ukuran ikan. Dari jualan ikan pindang itu ia menyebut bisa beromzet hingga Rp 15 juta per minggunya.

Sementara untuk modal awal untuk memindang 7 kwintal ikan per minggunya, Yais biasanya membutuhkan sekitar Rp 12 juta. Dengan asumsi tersebut, Yais bisa mengantongi untung sekitar Rp 3 juta per minggu atau Rp 12 juta per bulannya dari bisnis ikan pindang ini. Ia pun berharap bisnis ikan pindangnya semakin dikenal masyarakat dan semakin laku, bahkan ingin go internasional.

“Per kg Rp 60 ribu, kalau itu yang cakalang dikilo. Kalau yang bandeng sama layang (dijual) satuan. Kalau bandeng kadang Rp 5 ribu kadang Rp 6 ribu gimana gede kecilnya aja gitu. Omzetnya semuanya, kotornya yah, kadang Rp 15 jutaan seminggu tuh. Pengennya saya ikan pindang ini go internasional lah,” pungkasnya.

 

Sumber : https://finance.detik.com/

Berita Terkait

bannera
iklan-besar-fix

Berita Terpopuler

Berita Teknologi

Berita Politik

bannera

Berita Ekonomi